A.
Pengertian
Menulis
Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata
tulis. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45). Menulis juga
merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai media
dalam proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca.
Ada beberapa
persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk menghasilkan tulisan
yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, kepekaan terhadap kondisi pembaca, kemampuan
menyusun rencana penulisan, kemampuan menggunakan bahasa, kemampuan memulai
tulisan, dan kemam-puan memeriksa tulisan.
Menurut
Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur
yang terlibat. Keempat unsur itu adalah penulis sebagai penyampai pesan, pesan
atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima
pesan.
Sementara itu,
WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksikal mengartikan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai
dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.
Kata
keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan
performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan
kaidah kebahasan, sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan
sistem kaidah kebahasaan yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan
komunikasi. Seseorang dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan
mengaplikasikan proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa
Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata
bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi),
tujuan, dan sasaran tulisan.
B.
Menulis
sebagai Suatu Proses
Pembelajaran menulis sebagai suatu
proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan
nyata dan terarah yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini
dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan
keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu
proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989)
menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenulis, siswa diberi
kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka
tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistematika
tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku
dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengedrafan, siswa
dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar.
Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat
meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan
gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk
memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur
kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan
tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas
agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan
aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan,
perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya.
Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejumlah
informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituangkan
dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis,
siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat secara
utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa
menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi
dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.
C.
Tujuan
Menulis
Kegiatan
menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu
untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk menghasilkan karya tulis. Jenis tulisan
menurut tujuan menulis sebagai berikut:
1) Narasi, yakni karangan/ tulisan ekspositoris maupun
imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi
tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi, yakni karangan/ tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya
dilakukan secara objektif, apa
adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi, yakni karangan/ tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan
tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga
pengetahuan pendengar/ pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif, yakni karangan/ tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan
tujuan mempengaruhi,
memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif, yaitu karangan/ tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu
hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak.
D.
Manfaat
Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk.,
1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa manfaat menulis
diantaranya adalah:
1) Menulis Mengasah
Kecerdasan
Menulis adalah
suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada
tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek yang meliputi (1) pengetahuan
tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam
racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan
pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan.
2) Menulis Mengembangkan Daya
Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti
menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah
(1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi,
pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban
yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka
apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3) Menulis Menumbuhkan
Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis
harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan
gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan
mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik
yang bersifat positif ataupun negatif.
4) Menulis
Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang
menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang
menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang
disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat
menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan
yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa
yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini
akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap informasi yang
diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak,
mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan informasi itu
dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta
menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasinya, dia akan
berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan
mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika
diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif
dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam
mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak
memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah,
karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan
ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu
misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3)
dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha
menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan
untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis
yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
E.
Prinsip
Menulis
Keterampilan menulis
merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan
buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua
ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru
masih mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14)
mengemukakan bahwa untuk dapat menetralisir keluhan para guru bahasa, maka
perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang
pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok
kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu
keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa
meskipun dalam bentuk sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers
dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemukakan keterampilan menulis merupakan
satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya
tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh
semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis
perlu diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara
berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan
menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa,
(2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3)
melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi
kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan
tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran
menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam
bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip
prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada
jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan
disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau
ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung
secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip
pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah
sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis
laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, dan
lain- lain.
F.
Aspek
Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek
penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan
itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu
(1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu (1)
menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan
bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4)
merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat
dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih
besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari
paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana) dengan corak
tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat
surat, (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan
(penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat
(aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak
langsung), (13) mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau
sebaliknya).
Jenis-jenis
Mengarang mengarang
menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang
cerita non fiksi, (3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan,
(5) menulis berita aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8)
mengarang naskah drama.
0 komentar:
Post a Comment