A.
Membaca Permulaan
1.
Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan adalah jenis membaca yang dimiliki oleh para
pemula pemakai bahasa. Istilah membaca permulaan ini tidak diperuntukkan pada
siswa kelas I dan II SD/MI, tetapi juga diperuntukkan kepada semua orang yang
baru belajar bahasa.
Pembelajaran membaca di SD secara garis besar dapat digolongkan
berdasarkan kelas. Pembelajaran membaca dibagi menjadi dua macam, yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diajarkan di kelas I dan II
(kelas rendah) sekolah dasar, sedangkan membaca lanjut diberikan di kelas
III-VI (kelas tinggi) sekolah dasar.
Tekhnik pembelajaran
membaca permulaan dilaksanakan dengan menggunakan tekhnik membaca nyaring atau
membaca bersuara, yaitu membaca yang disuarakan. Hal ini dilakukan agar
kesalahan yang terjadi pada saat siswa membaca dapat segera diketahui. Membaca
permulaan dan membaca tekhnik dilihat dari pelaksanaan pembelajaran dapat
dikatakan sama, yang berbeda adalah alokasi waktu yang diberikan. Membaca
permulaan diberikan di kelas I dan II, sedangkan membaca tekhnik diberikan
mulai kelas I sampai kelas VI, namun alokasi waktunya semakin tinggi kelasnya
makin sedikit.
2.
Permasalahan Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Banyak
masalah yang dihadapi oleh siswa kelas satu pada awal-awal pembelajaran bahasa
Indonesia. Masalah-masalah itu antara lain:
a.
Kebiasaan
siswa menggunakan bahasa daerah yang diperoleh dari orang tua atau lingkungan.
b.
Penggunaan
bahasa daerah itu meliputi vokal yang berupa diftong maupun konsonan.
c.
Bacaan
terlalu lemah.
d.
Banyak
bahasa guru yang tidak dipahami siswa.
e.
Banyak
masalah baru yang dialami siswa.
f.
Banyak
anak yang belum dapat membuka dan memegang buku dengan benar.
g.
Anak
belum dapat membedakan huruf yang satu
dengan huruf yang lain yang mirip.
3.
Metode Pembelajaran Membaca Permulaan
Metode pembelajaran
membaca permulaan, antara lain sebagai berikut:
a.
Metode
abjad atau alphabet
Yang dimaksud metode ini adalah
suatu metode pembelajaran yang memulai pembelajaran dengan memperkenalkan
huruf-huruf yang harus dihafalkan dengan melafalkan sesuai dengan bunyinya
dalam abjad. Kebaikan metode ini adalah anak mengenal tingkat bentuk bahasa
yang paling sederhana, anak dapat menghafalkan bunyi huruf-huruf yang ada dalam
abjad bahasa yang sedang dipelajarinya. Kelemahannya adalah anak akan mengalami
kesulitan bila menghadapi huruf-huruf yang baru, anak akan mengalami kesulitan
melafalkan diftong dan bunyi rangkap, bertantangan dengan prinsip menemukan
sendiri yang sangat ditekankan dalam proses belajar mengajar.
b.
Metode
Bunyi atau metode Eja
Adalah metode pembelajaran yang
menyajikan bahan pelajaran bahasa dengan menampilkan huruf-huruf. Misalnya c
dibaca “ec” atau “ce”.
c.
Metode
Suku Kata atau Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Adalah metode pembelajaran membaca
permulaan dengan menyajikan suku kata-suku kata.
d.
Metode
Kata atau Metode Kupas Rangkai Kata
Adalah metode pembelajaran membaca
permulaan dengan menyajikan materi pelajaran melalui kata lembaga.
e.
Metode
Kalimat atau Metode Global
Adalah metode pembelajaran membaca
permulaan dengan menyajikan materi pelajaran berupa kalimat. Metode ini disebut
metode global karena yang mula-mula disajikan kepada siswa adalah beberapa kalimat
secara global. Kalimat-kalimat tersebut kemudian dipilih salah satu.
f.
Metode
Srtuktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode SAS adalah metode
pembelajaran membaca permulaan yang memulai pembelajaran dengan menampilkan
struktur kaliat secara utuh, kemudian dianalisis dan pada akhirnya
disintesiskan atau dikembalikan pada bentuk semula. Metode ini dianggap baik
karena :
1. Menerapkan
prinsip bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
2. Memperhitungkan
pengalaman bahasa anak.
3. Menganut
prinsip menemukan sendiri.
4. Pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu pembelajaran membaca permulaan tanpa buku dan pembelajaran
membaca permulaan dengan buku.
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku
Dilakukan di kelas 1 pada
pertemuan–pertemuan awal. Proses pembelajaran dilakukan dengan alat pembelajaran
bukan buku. Langkah-langkahnya :
1. Merekam
bahasa anak
2. Menampilkan
gambar sambil bercerita
3. Membaca
gambar
4. Membaca
gambar dengan kartu kalimat
5. Membaca
kalimat secara structural
6. Proses
analitik
7. Proses
sintesis
Pembelajaran
membaca permulaan dengan buku
Pembelajaran membaca permulaan
dengan buku meliputi proses structural yaitu membaca kalimat secara utuh. Proses
analitik yaitu proses menguraiakan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
suku kata menjadi huruf. Proses sintesis yaitu proses menyusun kembali huruf
menjadi suku kata , suku kata menjadi kata, kata menjadi kalaimat. Pembelajaran
membaca permulaan dengan buku berlangsung mengikuti kegiatan sebagai berikut :
Membaca nyaring bersama-sama,
1. Membaca
secara bergantian.
2. Bila
anak belum mampu mengenal huruf dapat menggunakan kembali kartu-kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat.
3. Memperhatikan
pelafalan vocal, konsonan, dan tanda baca yang ada.
4.
Evaluasi Pembelajaran Membaca Permulaan
Evaluasi pembelajaran membaca
permulaan meliputi evaluasi program dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi
program yaitu mengenai penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi penilaian. Evaluasi ini dimaksudkan agar hasil
pembelajaran yang akan datang berhasil lebih baik dari pada yang lalu.
Evaluasi hasil belajar yaitu
evaluasi yang menekankan pada hasil belajar siswa. Pembelajaran membaca
permulaan menyangkut kemampuan melafalkan huruf-huruf dan kemampuan memahami
informasi yang ada dalam bahan bacaan. Evaluasi pembelajaran membaca permulaan
harus menggunakan tekhnik yang benar agar tujuan pembelajaran tercapai , yaitu
tujuan yang berkaitan dengan kemampuan melafalkan dan tujuan yang berkaitan
dengan pemahaman.
B.
Menulis Permulaan
1.
Pengertian Menulis Permulaan
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,
membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:968). Menurut
pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan
ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu
bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan,
1986:21). Menurut Poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239)
menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan
menggunakan simbol-simbol system bahasa paenulisannyauntuk keperluan komunikasi
atau catatan.
Dari definisi tentang menulis yang
telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa:
a.
Menulis merupakan salah satu
komponen system komunikasi.
b.
Menulis adalah menggambarkan
pikiran, perasaan dan ide ke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis.
c.
Menulis dilakukan untuk
keperluan mencatat dan komunikasi.
2.
Peermasalahan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
Seperti
yang telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan
atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a.
Menulis dengan Tangan atau
Menulis Permulaan
Menurut
Lernenr (1985:402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk
menulis, antara lain:
1. Motorik Perilaku
2. Persepsi
3. Memori
4. Kemampuan melaksanan cross modal
5. Penggunaan tangan yang dominan
6. Kemampuan memahami insting
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami
kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak
mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah
teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan
menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam
menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk
membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan
\q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu,
mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan
oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya
kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan
ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk
mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori
auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan
oleh guru. Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia
menunjukkan kepada ketidakampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol –
simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang
pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar,
sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil
ditangan atau menyeret.
b.
Menulis Mengeja
Mengeja
adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir
defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat
dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki
makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan
\u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama
mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna
oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan hurut yang benar
baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
c.
Menulis Ekspresif
Menulis Ekspresif adalah mengungkapkan
pikiran dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulsan, sehingga dapat dipahami
oleh oranglain yang sebahasa. Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu
banyak yang dialami baik oleh anak maupun orang dewasa. Agar dapat menulis
ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran,
membaca, mengeja, dan menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang
berlaku bagi suatu jenis penulisan.
3.
Metode Pembelajaran Menulis Permulaan
Banyak
sekali metode mengajar menulis permulaan yang dapat kita pakai, akan tetapi
kita hanya akan disjikan beberapa metode aja, antara lain:
a.
Metode Struktur Analitik Sintetik
Metode analitik sintetik
(SAS) merupakan metode pembelajaran menulis permulaan dengan cara menguraikan
kalimat menjadi kata-kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, dan
menyusun kembali huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi
kalimat. Metode ini juga merupakan metode membaca permulaan, sehingga pada
pemakaiaanya seringkali bersamaan.
Langkh- lagkah menggunakan
metode ini yaitu:
1.
Langkah
pertama: guru bercerita
2.
Langkah kedua:
guru menuliskan beberapa kalimat
3.
Langkah
ketiga: guru member contoh tekhnik menulis kalimat
4.
Langkah
keempat: anal menulis kalimat sampai beberapa kalimat
5.
Langkah
kelima: memisahkan kalimat menjadi kata- kata
6.
Langkah
keenam: memisahkan kata menjadi suku kata
7.
Langkah
ketujuh: memisahkan suku kata menjadi huruf
8.
Langkah
kedelapan: ensintetiskan atau menyusun kembali: huruf menjadi suku kata, suku
kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
b.
Metode Silabik Analitik Sintetik (SAS) atau Metode Kupas Rangkai Suku
Kata
Metode ini mirip dengan metode yang pertama, karena kedua metode ini
sama- sama melalui proses structural, analisis menguraikan, dan diakhiri proses
mensintetiskan atau menyususn kembli eperti bentuk semula. Perbedaan antara
kedua metode ini adalah kalau metode yang pertama (Struktur Analitik Sintetik)
bertolak atau bermula dari kalimat yang dipilih, sedangkan metode yang kedua (Silabik
Analitik Sintetik) bertolak atau bermula dari kata. Langkah-langkah dalam
menggunakan metodi ini adalah:
1.
Menampilkan data
2.
Memisahkan kata menjadi suku kata dengan memberikan tanda pisah di antara
suku-sukunya, menyusun kembali suku kata menjadi kalimat yang baru
3.
Merangkaikan kata-kata menjadi sebuah kalimat yang berarti
4.
Menuliskan kalimat menjadi karangan yang sederhana
c.
Metode Kata Kunci
Metode kata kunci merupakan metode membaca dan menulis yang dikembangkan
dengn menampilkaan kaata-kata lembaga yang dimilki oleh anak. Disebut sebaga
kata kunci karena kata-kata yang dipakai sebagai bahan pelajaran sudah dikuasai
leh siswa. Langkah-langkah menggunakan metode ini adalah:
Langkah pertama: guru
memilih kata-kata yang diucapkan oleh siswa
1.
Langkah kedua:
menguraikan kata-kata tersebut menjadi suku kata
2.
Langkah ketiga:
mengkombinasikan suku kata yang diperoleh pada lanhgkah kedua menjadi kata-kata
baru
3.
Langkah keempat
merangkaikan kata-kata baru dari langkah ketiga menjadi kalimat sederhan yang
bermakna
Dari berbagai metode
yang telah diuraikan di atas tidak efektif hasilnya jikia tidak disertai dengan
latihan-latihan. Latihan yang dapat digunakan dalam menulis permulaan yaitu:
1.
Latihan
menegakkan pensil dan duduk dengn sikap dan posisi yang benar.
2.
Latihan gerakan
tangan.
3.
Latihan
mengeblat, yaitu meniru atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan
yang telah ada.
4.
Latihan
menghubung- hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.
5.
Latihan menatap
bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi anatar mata,
ingatan, jari anak saat menulis, sehingga anaka dapat mengingat bentuk huruf
yang di benaknya ke jari- jari tangannya.
6.
Latihan
menyalin, baik dari buku pelajaran atau dari tulisan guru di papan tulis.
7.
Latihan menulis
halus atau indah. Latihan ini dapat menggunakan buku bergaris untuk latihan
atau buku kotak.
8.
Latihan dekte
atau imla, dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasi antara ucapan,
pendengaran, ingatan, dan jari-jemari, sehingga ucapan guru dapat didengar,
diingat, dan dipindahkan dalam wujud tulisan.
9.
Latihan
melengkapi tulisan yang sengaja dihilangka beberapa kata, huruf, atau suku
kata.
10. Menulis nama benda yang terdpat dalam gambar atau
yang dekat dengan anak.
11. Mengarang sederhana dengan bantuan gambar, dengan
langkah sebagai berikut:
a.
Guru menunjukan
gambar berseri
b.
Guru bercerita
dan bertanya jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar
c.
Siswa dibeeri
tugas untuk menulis karangan sederhana sesuai dengan penafsiran mengenai gambar
sesuai dengan cerita gurunya
4.
Evaluasi Pembelajaran Menulis Permulaan
Evaluassi pembelajaran
harus diarahkan untuk mengukur kemampuan menghasilkan tulisan dan juga mengukur
kemampuan untuk mengungkapkan hasil pemahaman dari kegiatan berbahasa yang
lain. Tekhnik evaluasi yang dapat digunakan antara lai:
1.
Menyalin : aspek yang dinilai meliputi kelengkapan, keterbacaan,
kerapihan, serta kesesuaian bentuk dan ukuran tulisan.
2.
Dikte atau ilma aspek: yang dinilai meliputi ketepatan daya dengar,
kebenaran, kejelasan, kerapihan tulisan.
3.
Melengkapi atau mencocokkan gambar dengan tulisan : tekhnik ini melatih
anak untuk berfikir dan bernalar pada tingkat sederhana. Mencocokkan gambar
dengan tulisan melibatkan proses berpikir terpimpin, sedangkan melengkapi
tulian melibatkan berpikir bebas.
4.
Mengarang sederhana: tekhnik ini melatih anak untuk mengekspresikan
pikiran, perasaan, keinginanan, dan lain-lain. Dalam menggunakan tekhnik ini
diamping memeperhatikan kebenaran, keterbacaan, kerapihan, keserasian bentuk
tulisan dengan ukuran tulisan juga perlu memerlukan keaslian gagasan,
kemenarikan, dan gaya tulis.
1 komentar:
cara copy nya gimana gan?
Post a Comment