Thursday, May 30, 2013

Membaca Menulis Permulaan

A.  Membaca Permulaan
1.    Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan adalah jenis membaca yang dimiliki oleh para pemula pemakai bahasa. Istilah membaca permulaan ini tidak diperuntukkan pada siswa kelas I dan II SD/MI, tetapi juga diperuntukkan kepada semua orang yang baru belajar bahasa.
Pembelajaran membaca di SD secara garis besar dapat digolongkan berdasarkan kelas. Pembelajaran membaca dibagi menjadi dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diajarkan di kelas I dan II (kelas rendah) sekolah dasar, sedangkan membaca lanjut diberikan di kelas III-VI (kelas tinggi) sekolah dasar.
Tekhnik pembelajaran membaca permulaan dilaksanakan dengan menggunakan tekhnik membaca nyaring atau membaca bersuara, yaitu membaca yang disuarakan. Hal ini dilakukan agar kesalahan yang terjadi pada saat siswa membaca dapat segera diketahui. Membaca permulaan dan membaca tekhnik dilihat dari pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan sama, yang berbeda adalah alokasi waktu yang diberikan. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II, sedangkan membaca tekhnik diberikan mulai kelas I sampai kelas VI, namun alokasi waktunya semakin tinggi kelasnya makin sedikit.
2.    Permasalahan Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Banyak masalah yang dihadapi oleh siswa kelas satu pada awal-awal pembelajaran bahasa Indonesia. Masalah-masalah itu antara lain:
a.    Kebiasaan siswa menggunakan bahasa daerah yang diperoleh dari orang tua atau lingkungan.
b.    Penggunaan bahasa daerah itu meliputi vokal yang berupa diftong maupun konsonan.
c.    Bacaan terlalu lemah.
d.   Banyak bahasa guru yang tidak dipahami siswa.
e.    Banyak masalah baru yang dialami siswa.
f.     Banyak anak yang belum dapat membuka dan memegang buku dengan benar.
g.    Anak belum dapat membedakan huruf  yang satu dengan huruf yang lain yang mirip.
3.    Metode Pembelajaran Membaca Permulaan
Metode pembelajaran membaca permulaan, antara lain sebagai berikut:
a.    Metode abjad atau alphabet
Yang dimaksud metode ini adalah suatu metode pembelajaran yang memulai pembelajaran dengan memperkenalkan huruf-huruf yang harus dihafalkan dengan melafalkan sesuai dengan bunyinya dalam abjad. Kebaikan metode ini adalah anak mengenal tingkat bentuk bahasa yang paling sederhana, anak dapat menghafalkan bunyi huruf-huruf yang ada dalam abjad bahasa yang sedang dipelajarinya. Kelemahannya adalah anak akan mengalami kesulitan bila menghadapi huruf-huruf yang baru, anak akan mengalami kesulitan melafalkan diftong dan bunyi rangkap, bertantangan dengan prinsip menemukan sendiri yang sangat ditekankan dalam proses belajar mengajar.
b.   Metode Bunyi atau metode Eja
Adalah metode pembelajaran yang menyajikan bahan pelajaran bahasa dengan menampilkan huruf-huruf. Misalnya c dibaca “ec” atau “ce”.
c.    Metode Suku Kata atau Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyajikan suku kata-suku kata.
d.   Metode Kata atau Metode Kupas Rangkai Kata
Adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyajikan materi pelajaran melalui kata lembaga.
e.    Metode Kalimat atau Metode Global
Adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyajikan materi pelajaran berupa kalimat. Metode ini disebut metode global karena yang mula-mula disajikan kepada siswa adalah beberapa kalimat secara global. Kalimat-kalimat tersebut kemudian dipilih salah satu.
f.     Metode Srtuktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode SAS adalah metode pembelajaran membaca permulaan yang memulai pembelajaran dengan menampilkan struktur kaliat secara utuh, kemudian dianalisis dan pada akhirnya disintesiskan atau dikembalikan pada bentuk semula. Metode ini dianggap baik karena :
1.      Menerapkan prinsip bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
2.      Memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
3.      Menganut prinsip menemukan sendiri.
4.      Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembelajaran membaca permulaan tanpa buku dan pembelajaran membaca permulaan dengan buku.
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku
Dilakukan di kelas 1 pada pertemuan–pertemuan awal. Proses pembelajaran dilakukan dengan alat pembelajaran bukan buku. Langkah-langkahnya :
1.      Merekam bahasa anak
2.      Menampilkan gambar sambil bercerita
3.      Membaca gambar
4.      Membaca gambar dengan kartu kalimat
5.      Membaca kalimat secara structural
6.      Proses analitik
7.      Proses sintesis
Pembelajaran membaca permulaan dengan buku
Pembelajaran membaca permulaan dengan buku meliputi proses structural yaitu membaca kalimat secara utuh. Proses analitik yaitu proses menguraiakan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata suku kata menjadi huruf. Proses sintesis yaitu proses menyusun kembali huruf menjadi suku kata , suku kata menjadi kata, kata menjadi kalaimat. Pembelajaran membaca permulaan dengan buku berlangsung mengikuti kegiatan sebagai berikut :
Membaca nyaring bersama-sama,
1.      Membaca secara bergantian.
2.      Bila anak belum mampu mengenal huruf dapat menggunakan kembali kartu-kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat.
3.      Memperhatikan pelafalan vocal, konsonan, dan tanda baca yang ada.
4.    Evaluasi Pembelajaran Membaca Permulaan
Evaluasi pembelajaran membaca permulaan meliputi evaluasi program dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi program yaitu mengenai penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi penilaian. Evaluasi ini dimaksudkan agar hasil pembelajaran yang akan datang berhasil lebih baik dari pada yang lalu.
Evaluasi hasil belajar yaitu evaluasi yang menekankan pada hasil belajar siswa. Pembelajaran membaca permulaan menyangkut kemampuan melafalkan huruf-huruf dan kemampuan memahami informasi yang ada dalam bahan bacaan. Evaluasi pembelajaran membaca permulaan harus menggunakan tekhnik yang benar agar tujuan pembelajaran tercapai , yaitu tujuan yang berkaitan dengan kemampuan melafalkan dan tujuan yang berkaitan dengan pemahaman. 
B.  Menulis Permulaan
1.    Pengertian Menulis Permulaan
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993:968). Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21). Menurut Poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239) menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan simbol-simbol system bahasa paenulisannyauntuk keperluan komunikasi atau catatan.
            Dari definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa:
a.         Menulis merupakan salah satu komponen system komunikasi.
b.         Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan dan ide ke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis.
c.         Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
2.    Peermasalahan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a.         Menulis dengan Tangan atau Menulis Permulaan
Menurut Lernenr (1985:402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain:
1.     Motorik Perilaku
2.    Persepsi
3.    Memori
4.    Kemampuan melaksanan cross modal
5.    Penggunaan tangan yang dominan
6.    Kemampuan memahami insting
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru. Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidakampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol – simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b.         Menulis Mengeja
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
c.         Menulis Ekspresif
Menulis Ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulsan, sehingga dapat dipahami oleh oranglain yang sebahasa. Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, dan menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
3.    Metode Pembelajaran Menulis Permulaan
Banyak sekali metode mengajar menulis permulaan yang dapat kita pakai, akan tetapi kita hanya akan disjikan beberapa metode aja, antara lain:
a.         Metode Struktur Analitik Sintetik
Metode analitik sintetik (SAS) merupakan metode pembelajaran menulis permulaan dengan cara menguraikan kalimat menjadi kata-kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, dan menyusun kembali huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat. Metode ini juga merupakan metode membaca permulaan, sehingga pada pemakaiaanya seringkali bersamaan.
Langkh- lagkah menggunakan metode ini yaitu:
1.      Langkah pertama: guru bercerita
2.      Langkah kedua: guru menuliskan beberapa kalimat
3.      Langkah ketiga: guru member contoh tekhnik menulis kalimat
4.      Langkah keempat: anal menulis kalimat sampai beberapa kalimat
5.      Langkah kelima: memisahkan kalimat menjadi kata- kata
6.      Langkah keenam: memisahkan kata menjadi suku kata
7.      Langkah ketujuh: memisahkan suku kata menjadi huruf
8.      Langkah kedelapan: ensintetiskan atau menyusun kembali: huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
b.         Metode Silabik Analitik Sintetik (SAS) atau Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Metode ini mirip dengan metode yang pertama, karena kedua metode ini sama- sama melalui proses structural, analisis menguraikan, dan diakhiri proses mensintetiskan atau menyususn kembli eperti bentuk semula. Perbedaan antara kedua metode ini adalah kalau metode yang pertama (Struktur Analitik Sintetik) bertolak atau bermula dari kalimat yang dipilih, sedangkan metode yang kedua (Silabik Analitik Sintetik) bertolak atau bermula dari kata. Langkah-langkah dalam menggunakan metodi ini adalah:
1.      Menampilkan data
2.      Memisahkan kata menjadi suku kata dengan memberikan tanda pisah di antara suku-sukunya, menyusun kembali suku kata menjadi kalimat yang baru
3.      Merangkaikan kata-kata menjadi sebuah kalimat yang berarti
4.      Menuliskan kalimat menjadi karangan yang sederhana
c.         Metode Kata Kunci
Metode kata kunci merupakan metode membaca dan menulis yang dikembangkan dengn menampilkaan kaata-kata lembaga yang dimilki oleh anak. Disebut sebaga kata kunci karena kata-kata yang dipakai sebagai bahan pelajaran sudah dikuasai leh siswa. Langkah-langkah menggunakan metode ini adalah:
Langkah pertama: guru memilih kata-kata yang diucapkan oleh siswa
1.      Langkah kedua: menguraikan kata-kata tersebut menjadi suku kata
2.      Langkah ketiga: mengkombinasikan suku kata yang diperoleh pada lanhgkah kedua menjadi kata-kata baru
3.      Langkah keempat merangkaikan kata-kata baru dari langkah ketiga menjadi kalimat sederhan yang bermakna
Dari berbagai metode yang telah diuraikan di atas tidak efektif hasilnya jikia tidak disertai dengan latihan-latihan. Latihan yang dapat digunakan dalam menulis permulaan yaitu:
1.      Latihan menegakkan pensil dan duduk dengn sikap dan posisi yang benar.
2.      Latihan gerakan tangan.
3.      Latihan mengeblat, yaitu meniru atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada.
4.      Latihan menghubung- hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.
5.      Latihan menatap bentuk tulisan. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi anatar mata, ingatan, jari anak saat menulis, sehingga anaka dapat mengingat bentuk huruf yang di benaknya ke jari- jari tangannya.
6.      Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran atau dari tulisan guru di papan tulis.
7.      Latihan menulis halus atau indah. Latihan ini dapat menggunakan buku bergaris untuk latihan atau buku kotak.
8.      Latihan dekte atau imla, dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasi antara ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jemari, sehingga ucapan guru dapat didengar, diingat, dan dipindahkan dalam wujud tulisan.
9.      Latihan melengkapi tulisan yang sengaja dihilangka beberapa kata, huruf, atau suku kata.
10.  Menulis nama benda yang terdpat dalam gambar atau yang dekat dengan anak.
11.  Mengarang sederhana dengan bantuan gambar, dengan langkah sebagai berikut:
a.       Guru menunjukan gambar berseri
b.      Guru bercerita dan bertanya jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar
c.       Siswa dibeeri tugas untuk menulis karangan sederhana sesuai dengan penafsiran mengenai gambar sesuai dengan cerita gurunya
4.    Evaluasi Pembelajaran Menulis Permulaan
Evaluassi pembelajaran harus diarahkan untuk mengukur kemampuan menghasilkan tulisan dan juga mengukur kemampuan untuk mengungkapkan hasil pemahaman dari kegiatan berbahasa yang lain. Tekhnik evaluasi yang dapat digunakan antara lai:
1.      Menyalin : aspek yang dinilai meliputi kelengkapan, keterbacaan, kerapihan, serta kesesuaian bentuk dan ukuran tulisan.
2.      Dikte atau ilma aspek: yang dinilai meliputi ketepatan daya dengar, kebenaran, kejelasan, kerapihan tulisan.
3.      Melengkapi atau mencocokkan gambar dengan tulisan : tekhnik ini melatih anak untuk berfikir dan bernalar pada tingkat sederhana. Mencocokkan gambar dengan tulisan melibatkan proses berpikir terpimpin, sedangkan melengkapi tulian melibatkan berpikir bebas.

4.      Mengarang sederhana: tekhnik ini melatih anak untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, keinginanan, dan lain-lain. Dalam menggunakan tekhnik ini diamping memeperhatikan kebenaran, keterbacaan, kerapihan, keserasian bentuk tulisan dengan ukuran tulisan juga perlu memerlukan keaslian gagasan, kemenarikan, dan gaya tulis.

1 komentar:

Anonymoussaid...

cara copy nya gimana gan?

 
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.