A.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar
adalah kesulitan atau gangguan yang dialami seseorang dalam mempelajari bidang
akademik dasar tertentu sebagai akibat dari terganggunya sistem saraf pusat
yang terkait, atau pengaruh tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan
ini ditandai oleh kesenjangan antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan
yang ditunjukannya dalam mempelajari bidang tertentu. The National Joint
Committee for Learning Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar
adalah istilah generik yang mengacu kepada sekelompok gangguan yang heterogen,
yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, member penalaran, atau kemampuan matematika, baik dalam
perolehan maupun penggunaannya.
Gangguan ini bersifat
intrinsik artinya berada dalam diri individu bersangkutan, dan dianggap
disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Meskipun kesulitan
belajar mungkin muncul bersamaan dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti gangguan
sensori, cacat mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh lingkungan
(seperti perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll), kesulitan belajar
bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari faktor-faktor tersebut.
(Lewis, 1988, hal. 258-359).
Banyak faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar, faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri,
tetapi saling berinteraksi dengan faktor yang lain dalam memunculkan kesulitan
belajar. Osman (1979) menyebutkan sedikitnya ada 9 faktor yang berperan baik
langsung maupun tidak langsung dalam memunculkan kesulitan belajar, yaitu: intelegensi,
ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan dan kemampuan memusatkan
perhatian, memar otak dan fungsi otak yang minimal, faktor keturunan, ketidakmatangan
atau kematangan yang terlambat, faktor emosi, faktor lingkungan, dan faktor
pendidikan. Gejala-gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam tiga bidang
utama, yaitu : bahasa dan pengembangan konsep, keterampilan perseptual, dan manifestasi
perilaku.
Dalam pendidikan luar
biasa, identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai
munculnya gejala kelainan atau kesulitan. Tujuan utama identifikasi adalah
menemukan adanya gejala kelainan atau kesulitan, yang kemudian akan dijadikan
dasar untuk mengambil langkah selanjutnya, yang biasanya berupa assesment yang
lebih akurat dan sistematis. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai prosedur
yang mampu membuat guru tanggap terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul
pada diri anak. (Mc Loughlin, J.A. & Lewis, R.B, 1981). Agar dapat
melakukan identifikasi gejala kesulitan dalam belajar membaca menulis
permulaan, guru harus menguasai kemampuan yang dituntut dalam membaca menulis
permulaan serta berbagai jenis kesulitan yang mungkin dialami murid dalam usaha
menguasai kemampuan tersebut. Di samping itu, guru harus dapat mengenal
gejala-gejala yang merupakan indikator dari adanya kesulitan.
Untuk melakukan hal
itu, guru dipersyaratkan mempunyai pengamatan yang sensitive terhadap perilaku
siswa dalam belajar membaca menulis permulaan. Identifikasi harus menghasilkan
informasi tentang siapa yang perlu menjalani assesmen dan dalam bidang apa
assesmen itu harus dilakukan. Assemen bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang rinci mengenai kekuatan dan kelemahan murid dalam bidang tertentu,
sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan untuk penempatan atau mengembangkan
pelajaran atau merencanakan penanganan kesulitannya.
B.
Membaca
permulaan
1.
Faktor-faktor
Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Membaca merupakan
proses memperoleh makna dari barang cetak (Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun
tujuan pembelajaran membaca permulaan di kelas rendag adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat
sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Dalam praktek
lapangan, banyak kita jumpai pada anak usia Sekolah Dasar, terutama di kelas
rendah masih terhitung banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal
membaca bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal
(yang berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari
luar diri pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca,
kepemilikan kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan
faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan
baca.
♦
Faktor Internal
1.
Minat baca
Minat merupakan
kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu
minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus menerus. Jika minat baca anak
rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat
baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat
baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
2.
Motivasi
Kegiatan pembelajaran
akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi.
Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: (1) fungsi membangkitkan
(arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, (2) fungsi harapan (expectasi
function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran,
(3) fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi
yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan
hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman,
1993 : 115).
3.
Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa
ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam
membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca berkaitan
dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud
dan, pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur maka keterampilan
membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.
♦ Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini
meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah
sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui
perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang
menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca
anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan
akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.
2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam
Membaca Permulaan
Dalam pelaksanaan
pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan
tersebut antara lain :
1. Kurang
mengenali huruf
Ketidakmampuan
anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali dijumpai oleh guru yang sulit membedakan
huruf besar / kapital dan huruf kecil.
2. Membaca
kata demi kata
Jenis
kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak
segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :
(a)
gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
(b)
gagal memahami makna kata
(c)
kurang lancar membaca.
3. Pemparafase
yang salah
Dalam
membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat
yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.
4. Miskin
pelafalan
Ketidak
tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa
(fonem).
5. Penghilangan
Penghilangan
yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks
yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf
yang membentuk kata.
6. Pengulangan
Kebiasaan
anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh faktor tidak
mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.
7. Pembalikan
Beberapa
anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke
kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam
membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan
ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan
menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.
8. Penyisipan
Kebiasaan
anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang
sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam
kalimat “anak sedang bermain”.
9. Penggantian
Kebiasaan
mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan anak membaca
suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak
tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.
10. Menggunakan
gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan
anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu
membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
11. Kesulitan
konsonan
Kesulitan
dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan
tersebut.
12. Kesulitan
vokal
Dalam
bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e
selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam kata keras,
kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa
bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam membaca.
13. Kesulitan
kluster, diftong dan digraf
Dalam
bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau
lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang melambangkan
satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang
belajar membaca.
14. Kesulitan
menganalisis struktur kata
Anak
seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu
kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.
15. Tidak
mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Hal
ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur
kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat).
3. Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru
Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Peran guru sebagai
fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar
anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan
mendidik siswanya. Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak
yang mengalami kesulitan membaca antara lain :
1.
Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf
Langkah yang harus
ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang mengenali
huruf ini dapat berupa :
– Huruf dijadikan bahan
nyanyian.
– Menampilkan huruf dan
mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya
huruf-huruf yang
memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
2.
Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata
Langkah yang dilakuan
guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini adalah :
– Gunakanlah bacaan
yang tingkat kesulitannya rendah.
– Anak disuruh menulis
kalimat dan membacanya dengan keras.
– Jika kesulitan ini
disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan kosakata.
– Jika anak tidak
menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan anak membaca dan
putarlah hasil rekaman tersebut.
3.
Bimbingan terhadap anak yang salah memparafrase.
Langkah yang dilakukan
untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :
– Jika kesalahan
disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan
sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.
– Jika kesalahan
disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda
baca dan cara membacanya.
– Berikan paragraf
tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.
Selanjutnya ajaklah
anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
4.
Bimbingan terhadap anak yang miskin pelafalan
Untuk mengatasi
kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :
– Bunyi-bunyi yang
sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.
– Bagi anak yang tidak
dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus pengucapan kata-kata
tertentu yang dipandang sulit.
5.
Bimbingan terhadap anak yang mengalami penghilangan kata
Untuk mengatasi hal ini
ditempuh cara :
– Anak disuruh membaca
ulang.
– Kenali jenis kata
atau frasa yang dihilangkan.
– Berikan latihan
membaca kata atau frasa.
6.
Bimbingan terhadap anak yang sering mengulangi kata
Upaya yang dilakukan
guru dalam hal ini antara lain :
– Anak perlu disadarkan
bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.
– Kenali jenis kata
yang sering diulang.
– Siapkan kata atau
frasa jenis untuk dialatihkan.
7.
Bimbingan terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata
Upaya mengatasi
kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :
– Anak perlu disadarkan
bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem alfabetis) menggunakan
orientasi dari kiri ke kanan.
– Bagi anak yang kurang
menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa
untuk dilatihkan.
– Latihan hendaknya
dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya : huruf p dan b dilatihkan
dengan menggunakan kata pagi dan bagi.
8.
Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata
Untuk mengatasi hal
ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak membaca dengan pelan-pelan dan
mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.
9.
Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata
Untuk mengatasi hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
– Gunakan bahan bacaan
yang teramsuk kategori mudah.
– Identifikasi
kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.
– Latihkan cara mengucapkan
kata-kata tersebut.
10.
Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir, jari
telunjuk dan menggerakan kepala.
Untuk mengubah
kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam hati, dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut
- Anak disuruh
mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk mengulangi membaca
kalimat tersebut tanpa mengunyam.
- Jelaskan pada anak
bahwa membaca mengunyam dapat menghambat keefektifan membaca.
Sedangkan
untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, dapat
dilakukan kegiatan berikut.
- Perhatikan apakah
anak mengalami gangguan mata.
- Gunakan bacaan yang
cetakannya besar dan jelas.
- Latihkan teknik
membaca prosa.
- Peringkatkan anak
untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam membaca.
11.
Bimbingan terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat
dilakukan bimbingan antara lain :
- Kembangkan anak dalam
mendengarkan konsonan yang sulit misalnya tuliskan kata-kata yang dimulai
dengan konsonan (depan, adat, dapat, diri dan sebagainya).
- Suruh anak mencari
dan mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung konsonan tersebut.
- Latihkan anak
mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung konsonan.
12.
Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal
Untuk mengatasi anak
yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :
- Tanamkan pengertian
pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu dalam melambangkan lebih dari satu
bunyi misalnya : huruf e dapat melambangkan bunyi e dan é.
- Berikan contoh huruf
e yang melambangkan bunyi e dan é dalam kata-kata
- Ajaklah anak
mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf tersebut.
13.
Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan digraf
Untuk mengatasi
kesulitan ini lakukan :
– Kenalkan kluster
(misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi, ui) dan digraf
(misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.
– Tuliskan kata atau
kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf.
– Mintalah anak untuk
mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster, diftong, dan
digraf.
– Perintahkan anak
membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.
14.
Bimbingan terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata
Untuk mengatasi
kesulitan ini lakukanlah :
– Catatlah kata-kata
yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.
– Perkenalkan kata-kata
yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.
– Perkenalkan kata-kata
tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.
– Suruhlah anak mencari
kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.
15.
Bimbingan terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan cara
mengucapkannya.
Untuk mengatasi anak
yang mengalami kesulitan ini lakukan :
- Ambil satu kata dan
daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca, membacakan, dibaca,
dibacakan, bacaan, dan terbaca).
- Bimbinglah anak untuk
mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.
- Alihkan pada kata
lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan sebagainya) (http://digilib.unnes.ac.id).
Faktor-faktor
Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Menulis
1.
Lingkungan keluarga
Orang tua merupakan
guru bahasa pertama yang memberikan makna lisan dari benda-benda yang ada disekitarnya.
Namun terkadang orang tua kurang memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak
sekolah pada dasarnya dapat ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah,
dorongan serta rangsangan minat menulis anak. Luangkan waktu untuk
membimbingnya, kenalkan anak pada huruf abjad, ajarkan pada anak cara memegang
pensil yang benar, sikap menulis yang benar supaya anak memiliki kemampuan
dasar menulis dari rumah.
2.
Lingkungan sekolah
• adanya penggunaan
metode pengajaran yang kurang tepat sehingga timbul permasalahan dalam proses
pembelajaran menulis anak
• materi – materi yang
diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual
siswa Sekolah Dasar kelas I
• guru kurang memahami
keinginan siswa
• siswa yang
benar-benar malas belajar menulis. (http://digilib.unnes.ac.id)
Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam
Menulis Permulaan
Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan
berbahasa yang lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan,
1993: 3). Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis dengan tangan
karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang
studi yang lain. Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah
bagi anak, tetapi juga guru (Mulyono, 1999: 227).
Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak dapat membaca
tulisan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk
menulis antara lain :
1)
Motorik
Anak yang perkembangan
motoriknya belum matang akan mengalami
gangguan atau kesulitan dalam menulis (tulisannya tidak jelas,
terputus-putus atau tidak mengikuti garis).
2)
Perilaku
Anak yang hiperaktif
atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya
terhambat, termasuk pekerjaan menulis.
3)
Persepsi
Anak yang terganggu
persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya
yang tergangu, anak mungkin akan sulit
membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p
dengan q, dan lain-lain. Namun jika persepsi auditorisnya yang terganggu,
mungkin anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang diucapkan oleh
guru.
4)
Memori
Gangguan memori juga
dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak
mampu mengingat apa yang akan ia tulis.
5)
Kemampuan melaksanakan cross modal
Kemampuan melaksanakan
cross modal menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi
visual ke motorik.
6)
Penggunaan tangan yang dominan
Anak yang tangan
kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga sering terbalik-balik dan
kotor.
7)
Kemampuan memahami instruksi
Jika anak tidak
memiliki kemampuan untuk memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering
keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru. (Mulyono, 2003:227)
Kesulitan belajar
menulis sering disebut juga dengan istilah disgrafia (disgraphia). (Jordon
dikutip dalam Hallahan dkk, 1985 dalam Mulyono, 2003:227). Kesulitan belajar
menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunjuk pada adanya
ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika.
Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia
(dyslexia) karena jenis kesulitan tersebut sesungguhnya sangat terkait. (Mulyono,
1003:228). Kesulitan belajar menulis sering dikaitkan dengan cara anak memegang
pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar
menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil,
(3) menggenggam pensil, (4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
(Hornsby, 1984 dalam Mulyono, 2003:228). Jenis memegang pensil yang terakhir
(menyeret pensil) adalah khas bagi anak kidal.
Untuk mengetahui apakah
anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat melakukan observasi
terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut :
1) Menulis dari kiri ke
kanan
2) Memegang pensil
dengan benar
3) Menulis nama
penggilannya sendiri
4) Menulis huruf-huruf
5) Menyalin kata-kata
dari papan tulis ke buku atau kertas
6) Menulis pada garis
yang tepat. (Mulyono, 2003:233).
Bimbingan
yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis
Permulaan
Ada 15 macam aktifitas
yang dapat digunakan untuk membantu anak berkesulitan belajar menulis dengan
tangan (menulis permulaan) sebagai berikut :
1)
Aktifitas menggunakan papan tulis
Aktivitas ini dilakukan
sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Kepada anak disediakan papan tulis
dan sepidol/kapur, dan pada papan tulis tersebut anak diberi kebebasan untuk menggambar
garis, lingkaran, dsb.
2)
Posisi
Untuk latihan menulis,
anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup berat agar
tidak mudah goyang. Kedua tangan anak diletakkan diatas meja, tangan yang satu
untuk menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas bagian atas.
3)
Kertas
Posisi kertas untuk
menulis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk menulis tulisan sambung 60
derajat ke kiri bagi anak yang menggunakan tangan kanan, dan 60 derajat ke
kanan bagi anak yang menggunakan tangan kiri atau kidal. Agar kertas tidak
bergerak, dapat direkat dengan selotip.
4)
Memegang pensil
Banyak anak
berkesulitan belajar menulis yang memegang pensil dengan cara yang tidak benar.
Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan
jari tengah berada di bawah pensil, dan pensil di pegang agak sedikit di atas
bagian yang diraut. Bagi anak yang belum dapat memegang pensil dengan benar,
bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip, atau latihan
dapat dimulai dengan sepidol besar, sepidol sedang, sepidol biasa, dan baru
kemudian pensil.
5)
Titik-titik
Guru membuat dua jenis
huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik titik. Selanjutnya,
anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh
Contoh:
6)
Menjiplak dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru
menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak huruf tersebut. Lama
kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut
dan anak diminta untuk meneruskan penulisan.
7)
Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga
sering disebut juga buku tebal tipis (halus kasar). Dengan buku bergaris
semacam itu, anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara
benar.
8)
Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf
Ada
huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit ditulis. Berbagai huruf yang
mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e; sedangkan yang sulit adalah
x, z, y, j, p, b, h,k,f, g, dan q. Anak hendaknya diajar menulis dengan
huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian
gabungan dari keduanya.
9)
Bantuan verbal
Pada saat anak sedang
menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti
“naik”, “turun”, “belok”, “stop”, dll.
10)
Kata dan kalimat
Setelah anak mampu
menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis kata-kata dan
selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga
memperoleh perhatian. (Lerner, 1988 dalam Mulyono, 2003: 240 243).
Kesimpulan
(1) Kesulitan
dalam belajar membaca menulis permulaan akan berpengaruh pada siswa dalam
proses pembelajaran mata pelajaran lainnya.
(2) Terdapat
berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi anak sehingga ia mengalami
kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan.
(3) Peran
guru sangatlah penting dalam membantu siswa untuk mengatasi berbagai kesulitan
belajar yang dialaminya.
Saran
(1) Guru
harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam mengidentifikasi berbagai
kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
(2) Guru
perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaranmembaca menulis permulaan.
(3) Guru
perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat menggunakan media-media pembelajaran
yang menarik dan dapat memberikan pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca
dan menulis anak.
3 komentar:
Terimakasih.sangat membantu dalam menyelesaikan masalah belajar anak.
Terima kasih ulasan sangat bagus dan sangat membantu saya
Kami CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang kebutuhan untuk industri yang menerima jasa pembuatan Blower,
Blower yang kami buat banyak digunakan pada perIndustrian, Rumah Sakit, Hotel, Gudang, atau ruangan-ruangan yang menggandung asam, zat kimia, dan suhu udara yang sangat tinggi. Selain itu Blower digunakan untuk sirkulasi udara.
Blower yang kami buat ada berbagai tipe yaitu Blower Centrifugal, Blower Axial Fan, Blower Portable Ventilator
fungsi dari Blower tersebut sebagai lain untuk Hisap dan Hembus.
Jenis :
-Blower Direct Stage adalah jenis blower Hisap dan Hembus
-Fan Belte adalah jenis blower Hembus saja
Selain Blower kami juga menyediakan Elektrik Motor / Dinamo
Tipe Dinamo yang kami gunakan adalah Motologi dan merk blower yang kami sediakan adalah Blower GNT
Dapatkan Produk Blower dengan kualitas terbaik dan harga terjangkau. Kami CV Bahagia Sukses Makmur selalu siap memberikan yang terbaik demi kepuasan anda dan para customer
Kantor Pemasaran:
081316140397
Kantor Pusat :
Jl. Cendana raya no 15A bencongan indah karawaci tangerang
https://jualblowerjakarta12.blogspot.com/
https://medium.com/@jualblowertangerang/
https://jasapembuatanblowerindustribekasi.blogspot.com/
Post a Comment